Apa yang membuatmu jatuh cinta pada sebuah coffeeshop? Bagiku, nomer satu adalah suasananya. Dengan catatan kopinya juga harus enak.

Kembali ke dua tahun lalu (2018) ketika aku sedang rajin-rajinnya menulis, mencari tempat yang nyaman bisa membantuku menemukan inspirasi. Karena tempat yang paling cocok untuk menulis di luar rumah adalah coffeshop, aku jadi cukup sering mendatangi berbagai coffeshop di Jogja berdasarkan referensi dari internet. Hingga akhirnya aku menemukan Turi-turi Coffee.
Jika kamu coba membuka akun instagram @turituricoffee, kamu tidak akan menemukan sebuah akun yang estetis dengan tampilan visual terencana. Unggahan fotonya justru terkesan natural apa adanya. Namun yang menarik, kamu bisa melihat pemandangan sebuah embung yang cantik pada kebanyakan foto yang diunggah. Embung artinya telaga, dalam Bahasa Jawa.
Untuk mencapai tempat ini kamu harus mendaki Jogja bagian Utara hingga ke daerah Turi Sleman. Ketika jalanan sudah mulai dingin, dan diapit oleh pohon-pohon Salak, artinya kamu sudah dekat. Memang Turi-turi Coffee berada di daerah yang cukup tinggi.

Pergilah menjelang sore. Ikuti saja google maps-mu, sampai kamu diminta untuk berbelok ke sebuah jalan kecil yang pasti kamu tidak percaya akan ada sebuah coffeshop di jalan itu. Belum selesai, kamu akan kembali heran ketika harus berbelok lagi ke sebuah tanah lapang di pinggir embung. Dari titik ini, aku yakin kamu masih belum bisa menemukan tempat yang kamu cari. Kamu masih harus mengitari embung itu, melewati jalan yang semakin kecil, hingga akhirnya mobil yang kamu tumpangi sudah tidak bisa masuk lebih jauh lagi. Di situ lah kamu harus memarkirkan mobilmu. Jika kamu naik motor atau sepeda, kendaraanmu bisa diparkir tepat di depan cafe ini.
Rasa senang di hatimu sudah mulai muncul sejak kamu mengitari embung. Dari kejauhan, tempat yang kamu cari mulai terlihat samar di seberang sana. Sambil senyum-senyum sendiri pasti kamu akan bertanya, “Kok bisa sih nemu tempat sampe di sini?” sudah kutebak.
Bangunan Turi-turi Coffe memadukan dominan bahan kayu dan kaca. Profil kayu yang digunakan adalah kayu yang sudah usang. Kursi-kursi menyebar di seluruh ruangan tanpa terkesan kaku. Ambience-nya sangat cocok dengan alam di sekeliling cafe.

Kalau kamu sempat memperhatikan, cafe ini dikelilingi dengan kebun salak, pohon liar, serta sepetak sawah kecil. Embung yang tadi kamu kelilingi ada di bagian depan. Tepat berhadapan dengan serambi cafe. Nama embung itu adalah Embung Kaliaji.
Jangan terlalu terpesona dengan suasana, pesan dulu minuman ke barista yang sudah menunggumu dari tadi. Kemudian pilihlah kursi tinggi yang menghadap langsung ke embung. Jika kamu sedang beruntung, kamu bisa melihat anak-anak kecil sedang mandi dan bercanda di pinggir embung. Tanpa kamu sadari, kebahagian mereka sedikit tertular masuk ke hatimu. Kopi hangat di depanmu jadi terasa lebih nikmat.
Letakkan cangkirmu, lalu tarik nafas dalam. Area serambi cafe yang tanpa atap membuat kamu bebas menengadah ke langit. Nikmati sejenak jeda waktumu dari kesibukan selama ini. Ternyata masih banyak hal yang bisa kamu syukuri.

Lalu gerimis kecil mulai datang. Berbahagialah. Musim hujan adalah waktu yang tepat untuk menikmati cafe ini. Bergeser saja ke kursi bagian dalam. Tapi jangan sampai pandanganmu ke embung menjadi terhalang. Aku biasa menambah pesanan seporsi pisang goreng ketika hujan turun. Ini bisa membuatku teringat akan suasana hujan sore di teras rumahku di kampung halaman.
Mereka kadang menyetel lagu-lagu dengan suara sayup. Tapi aku lebih suka ketika mereka lupa. Aku jadi bisa menikmati suara air hujan yang jatuh pada dedaunan di sekitar cafe ini.

Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?
Aku kok malah nyaman nulis di rumah ya daripada di kopisop ehehe. Belum pernah aku ke kopisop menyelesaikan sebuah tulisan. Tapi asik juga neh Turi Coffee, bernuansa tradisional dengan sawah-sawah. Tetep ya pisang goreng jadi favorit klo lagi nongkrong ehehe.
Setuju sih mas, rumah emang tempat paling enak buat nulis. Tapi kalo aku kadang-kadang lagi judeg pingin nyari tempat yang semilir aja gitu. Hehehe
Kalo ke Jogja wajib ke Turituri mas. Pisang gorengnya nyoshh.